Selasa, 06 Januari 2015

Suatu ketika, ada seorang yang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Ali. Mobilnya tak istimewah, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Ali lah yang paling tak sempurna . Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik, Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatsnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Ali bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saatnya yang dinantikan, Final Kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, senagn 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Ali meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memantkan do lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo...ayo...cepat...cepat, maju...maju", begitu teriak mereka, Ahha..sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Ali lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Ali. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima ksih."

Saat pembagian piala tiba. Ali maju kedepan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah agar kamu menang, bukan?". Ali terdiam. "Bukan, Pak, Bukan itu yang aku panjatkan" kata Ali.

Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Allah, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangangan yang memnuhgi ruangan.


Renungan :

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibandingkan kita semua. Ali tidaklah bermohon pada Allah untuk menang dalam setiap ujian. Ali, tak memohon Allah untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Allah mengbulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Ali, bermohon pada Allah, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Allah untuk mengabulkan setuap permintaan kita, Terlalu sering juga kita meminta Allah untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Allah, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?

Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? saya yakin, Allah memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Allah sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh 

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...